Salah satu momen yang tepat untuk meng’upgrade’ pengetahuan para guru di sela-sela libur semester adalah dengan kegiatan In House Training (IHT). Kegiatan ini merupakan agenda rutin semua satuan di bawah naungan lembaga pendidikan Istiqomah Sambas (LPIS) mulai dari PAUD, MI, SMP, serta MA.
IHT kali ini dilaksanakan secara terpisah, bertempat di satuan masing-masing pada pekan pertama libur semester gasal tahun pelajaran 2018/2019, Selasa – Kamis 18 – 20 Desember 2018.
Fenomena Disruptive
Aktivitas yang dilakukan guru di sekolah seyogyanya tidak menjadi rutinitas yang menghalangi untuk terus belajar membuka cakrawala ilmu pengetahuan yang terbentang luas tak terbatas. Seperti halnya kemajuan budaya dan teknologi yang sudah tak lagi terbendung, dunia pendidikan saat ini juga tengah gencar menghadapi fenomena disruptive sebagai dampak dari pesatnya laju teknologi.
Fenomena disruptive merupakan sebuah guncangan yang mengacaubalaukan tatanan sosial akibat derasnya arus teknologi informasi yang semakin pesat. Mudahnya dengan teknologi semua terasa dekat dan serba tersedia. Hal ini dapat mengancam populasi kehidupan yang masih bersifat konvensional.
Sebagai contoh pada saat ini sudah ada 6 juta orang yang mengakses aplikasi ruang guru. Sebuah aplikasi yang memungkinkan anak untuk belajar secara mandiri tanpa harus berinjak dari tempat duduk. Dapat dibayangkan bagaimana kacaunya dunia pendidikan jika semua orang sudah tidak lagi mau pergi ke sekolah dan lebih memilih belajar melalui aplikasi tersebut.
4 Kompetensi Peserta Didik pada Abad 21
Pada sesi pembukaan IHT di SMP Istiqomah Sambas, Ikhwandi Arifin, S.Ag., M.Pd.I selaku direktur LPIS memaparkan arah kebijakan pendidikan pada abad 21 sebagai bekal para guru menghadapi generasi milenial pada era disruptive.
Ikhwandi Arifin menyampaikan ada 4 kompetensi yang harus diimplementasikan guru kepada peserta didik. Kompetensi tersebut meliputi communication, collaborative, critical thinking and problem solving, creativity and innovation.
Communication Competance.
Kometensi yang pertama adalah komunikasi artinya peserta didik harus mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam kehidupan ini banyak masalah timbul akibat tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Masalah keluarga, hidup bertetangga, teman di sekolah bahkan masalah bangsa ini juga timbul gara-gara gagal paham dalam berkomunikasi.
Ikhwandi melanjutkan, dalam komunikasi efektif ada dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan konten atau isi dari komunikasi, sedangkan non verbal berkaitan dengan sesuatu yang melingkupi dari pada isi komunikasi tersebut. Sebagai seorang guru kita harus dapat memahami keduanya. Karena pada kondisi tertentu kalo salah menafsirkan bentuk komunikasi non verbal maka dapat mengakibatkan kita salah berempati pada peserta didik.
Collaborative Competance
Berikutnya nya kompetensi yang kedua adalah kolaboratif atau kemampuan bekerjasama. Pendidikan saat ini harus mampu mengarah pada peserta didik yang mampu bekerja sama dengan siapa pun dan dimana pun.
Dalam teori psikologi ada 3 jenis manusia yaitu dependen, independen dan interdependen. Dependen adalah manusia yang masih bergantung dengan orang lain, misalnya belum bisa makan sendiri, mandi sendiri dan ganti baju sendiri. Berikutnya independen yaitu manusia yang sudah mandiri mampu menyelesaikan pekerjaanannya sendiri. Adapun yang dimaksud interdependen adalah perpaduan kolaboratif antara individu-individu yang independen.
Peserta didik yang sukses hari ini adalah mereka yang mampu bekerja sama dan membangun networking dengan berbagai pihak. Pepatah bijak mengatakan orang yang bermanfaat adalah orang yang kehadirannya menggenapkan dan ketidakhadirannya mengganjilkan. Pendidikan hari ini harus mampu menelorkan peserta didik yang kehadirannya menggenapkan dan ketidakhadirannya mengganjilkan.
Critical thinking competencies and problem solving
Kompetensi yang ke tiga adalah critical thinking and problem solving. Kemampuan yang harus dimiliki peserta didik pada abad 21 adalah mengembangkan pemikiran kritis dan melatih peserta didik menyelesaikan masalahnya sendiri. Maka dalam evaluasi pembelajaran hari ini dikembangkan model soal hots (high order thinking skill)
Dalam model soal hots pertanyaannya sudah tidak lagi apa tapi bagaimana? Ikhwandi Arifin mencontohkan ketika bapak ibu melihat saya memakai baju putih, maka pertanyaannya mengapa hari ini pak Arifin mengenakan baju putih atau mengapa baju yang dipakai Pak Arifin dan Pak Purwanto berbeda?
Dalam soal hots peserta didik diajak untuk berfikir kritis dan mampu menganalisa soal dengan baik.
Competency Creativity and Innovation
Kompetensi yang ke empat adalah creativity and innovation. Arah kebijakan pendidikan abad 21 hari ini menuntut pendidikan yang kreatif dan inovatif.
Dalam kurikulum 2013 tahapan pengetahuan dalam pembelajaran meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif atau dengan kata lain Level pengetahuan pada k 13 adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mengreasi.
Maka kedepan program tahfid SMP Istiqomah Sambas tidak lagi bagaimana menghafal dan mengingat lagi namun lebih dari itu, yaitu pada level mencipta metodologi menghafal Al Qur’an yang efektif. Tegas Ikhwandi Arifin menutup sesi pertama pada pembekalan guru pada IHT guru dan karyawan SMP Istiqomah Sambas Purbalingga.
Maulana Khusen